Sabtu, 13 Desember 2008

Unsensuous of sex

Hari ini ruang publik kita banyak diisi dengan ekspresi seksual yang tak terbendung lagi dari pakain remaja putri yang suka menggunakan rok mini, kaos ketat (tanktop), atau menggunakan celana yang menggambarkan lekuk tubuhnya yang sintal maupun yang semok, tatanan rambut yang melukiskan kebanalan seks, tak ketinggalan remaja putra memakai pakaian yang ada belahan didadanya atau membuka salah satu kancing bajunya untuk menunjukkan bulu dadanya terhadap kaum hawa. Seks menjadi daya tarik sendiri dalam ruang publik kita, seakan mensyiratkan perang daya tarik menarik melalui energi seks. Belum lagi banyak pasangan menunjukkan kemesraannya diruang publik entah dalam mall, ditaman umum, tak canggung lagi melakukan aktivitas seksual di kendaraan pribadi: baik roda dua dengan mengekpresikan penonjolan pantat pada waktu dibonceng, lebih-lebih roda empat tidak ada risih sedikitpun melakukakanya seakan-akan dalam kamar sendiri.


Hari ini ruang publik kita banyak diisi dengan ekspresi seksual yang tak terbendung lagi dari pakain remaja putri yang suka menggunakan rok mini, kaos ketat (tanktop), atau menggunakan celana yang menggambarkan lekuk tubuhnya yang sintal maupun yang semok, tatanan rambut yang melukiskan kebanalan seks, tak ketinggalan remaja putra memakai pakaian yang ada belahan didadanya atau membuka salah satu kancing bajunya untuk menunjukkan bulu dadanya terhadap kaum hawa. Seks menjadi daya tarik sendiri dalam ruang publik kita, seakan mensyiratkan perang daya tarik menarik melalui energi seks. Belum lagi banyak pasangan menunjukkan kemesraannya diruang publik entah dalam mall, ditaman umum, tak canggung lagi melakukan aktivitas seksual di kendaraan pribadi: baik roda dua dengan mengekpresikan penonjolan pantat pada waktu dibonceng, lebih-lebih roda empat tidak ada risih sedikitpun melakukakanya seakan-akan dalam kamar sendiri.

Alasan inilah yang mungkin digunakan oleh kaum agamawan yang terorganisir dalam lembaga-lembaga keagamaan untuk membuat regulasi melalui UU APP karena telah mengganggu kesalehannya dan keimanannya serta merusak sinyal hubungan dengan tuhannya, yang memaksa mereka bolak balik mengulang nama tuhannya manakala melihat keseronokan karena degup jantung yang berpacu keras yang tergoda kebirahian akhirnya mereka menggunakan otoritas dan dalil untuk merepresi ekpresi seksual tersebut, apakah ini jalan kebijaksanaan? Mengapa ekpresi seksual menjadi fenomena yang tak terbendung dalam masyarakat kita?

Selama energi seks ditekan melalui bentuk apapun akan dialihkan dalam bentuk yang lebih berbahaya karena setiap energi butuh jalan keluanya yang hanya bisa ditranformasikan atau dilampaui dengan menyadari keberadaannya. Para agamawan tidak pernah memberi jalan keluar yang bijak malah menambah keruh masalah, pikirnya dengan pembatasan atau represitas demi moral yang agung akan membuat ekpresi seksual semakin surut. Ekpresi seksual akan terus mencari jalan keluar selama represi maupun penekanan yang halus (sublimasi) sebagai jalan yang ditempuh. Setiap bentuk represi akan melahirkan ekpresi.

Seks dan ruang publik

Ekpresi seksual di ruang publik menandakan satu dari kenikmatan yang diperoleh melalui seks tidak bisa memuaskan mereka lagi, akhirnya mereka membawa ketaknikmatan sensasi seksual dari ruang privat menuju ruang publik, dengan membawa ekpresi seksual diruang publik mereka mendapat sensasi kenikmatan yang tidak diperoleh dalam ruang privatnya. Membawa sensasi tersendiri karena pasti akan direspon oleh khalayak baik yang pro maupun kontra. Titik pusat masyarakat kita sekarang berada diluar, tidak berada di dalam setiap individu. Remote control di pegang oleh sistem sosial dan tradisi yang bodoh dan konyol ini.


Seharusnya masalah seks tidak ada kaitannya sama sekali dalam kepublikan, seks hanya fakta biologis yang bersifat netral. Tidak perlu ditempeli predikat hukum dalam dirinya antara yang lebih suci maupun tidak suci, tatanilai masyarakatlah yang membuat keruh masalah ini. Dalam kesejarahan seks tidak pernah menjadi komoditas publik, tetapi dalam kesejarahanya seks dijadikan batu loncatan untuk menggapai Yang Tertinggi atau Yang Agung melalui jalur energi seks, seks menjadi sesuatu yang sakral, hal ini bisa dilihat dalam relief bangunan yang berada dalam candi sukuh, prasasti-prasasti yang melambangkan lingga dan yoni seperti monas, misalnya, hal ini menandakan seks adalah sesuatu yang sakral yang patut diprasastasikan karena melalui itu Sang Keberadaan menujukkan manifestasiNYA. Hal inilah alasan mengapa seks harus dilakukan setelah nikah, karena dengan pensakralan seks akan mencapai kenikmatan puncaknya, tradisi-tradisi kuno yang tertuang dalam kamasutra ingin menjadikan seks sebagai sarana meditasi yang banyak di salah artikan oleh masyrakat saat ini.

Masyarakat modern sudah kehilangan kesakralan seks, sehingga mereka tidak pernah mencapai kenikmatan sedikitpun, seks menjadi mekanis layaknya makan dan minum yang tidak membawa transformasi batin sedikitpun. Tidak heran kalau jaman Vatsasyan, seksolog pertama kali didunia dan penulis kamasutra, orang hanya setahun sekali dalam berhubungan badan atau senggama karena kenikmatan seks masih terasa mengisi tulangsumsumnya, energi seks mengisi relung-relung spiritnya, ada semacam energi peremajaan yang membawa kesyahduan yang tak terdefinisikan, semacam ekstase. inilah perilaku seks yang benar. Masyarakat sekarang berkali-kali berhubungan tetapi tidak sedikitpun mencapai puncak kenikmatan.Malah terus mencari-cari rangsangan melalui ekpresi seksualnya karena mereka tidak pernah merasa puas dalam senggamanya.

Seks dan Kematian
Mahaguru spiritual Osho dalam bukunya Pskologi Alam Gaib yang berjudul asli psychology of the esoteric yang diterjemahkan pertamakali dalam bahasa Indonesia oleh guru besar kedokteran unpad, Soedjatmo soemowerdojo, mengatakan: tidak ada tindakan yang sedalam tindakan seks. Bila anda dapat tetap sadar selama melakukan seks, maka nanti waktu menghadapi mautpun anda akan sadar. Kedalaman tindakan seks dan kedalaman maut adalah sama, sejajar. Anda akan sampai di titik yang sama. Jadi bila anda tetap sadar di waktu melakukan seks, anda telah mencapai sesuatu yang besar. Itu tidak ternilai harganya.

Seks yang benar akan bisa menjadi sarana meditasi, alasan ini juga yang ditempuh oleh para suci dalam berbagai agama dan tradisi untuk memilih jalan membujang (selibat) karena melalui meditasinya mereka bisa bersenggama di alam nirvana yang tidak membutuhkan objek lawan jenis, titik puncak kenikmatan meditasi sama dengan orgasme yang sama-sama memberi efek kenikmatan. Meledaknya sang diri dalam meditasi seperti meledaknya kenikmatan yang tak terhingga dalam hubungan seks.

Hendaknya seks tidak dijadikan tujuan yang berlebih hanya sebuah sekedar sarana untuk menuju Yang Tertinggi, hanya dengan memberi pemahaman akan seks yang benar, dengan melampaui seks, ruang publik kita akan sepi dari ekpresi seksual karena setiap individu sudah mencapai titik kenikmatannya masing-masing. Hanya dengan melampaui dan menyadari energi seks ’masyarakat lemah syahwat’ ini akan berakhir.Selamat meniti menuju puncak tertinggi.




0 komentar: