Selasa, 02 Desember 2008

Khutbah Jumat

Umat Islam mempunyai ritual yang selalu disandarkan pada waktu-waktu tertentu (maukutaan-An Nisaa’ 103) seperti sholat lima waktu di sandarkan pada perubahan pergeseran matahari (ghurubu Syamsi--Al -Israa’ 78) yang mengakibatkan siang dan malam, Puasa Wajib pada bulan Ramadan seluruh umat Islam diwajibkan puasa sebulan penuh pada bulan Ramadan, ibadah haji dilakukan umat Islam pada bulan haji yaitu bulan Dzulhijjah (asyhurun ma’lumat-Al- Baqarah 197), pada tiap mingguanya ada ibadah Jumat yang wajib bagi umat Islam laki-laki, dan untuk ibadah dalam jangka tahunan ada dua hari raya id yaitu idul adha/ Idul Kurban dan Idul Fitri. Hampir kesemuan ritual umat Islam selalu di sandarkan pada waktu-waktu tertentu dan jangka waktu tertentu pula, ini memberi tamsil bahwa Islam memperhatikan hubungan manusia dengan alam. Alam yang kebanyakan dianggap benda mati oleh kebanyakan orang, ditentang oleh Agus Musthofa dalam bukunya yang berjudul Dzikir Tauhid; bahwa alam yang dianggap mati juga mempunyai kehendak, kemauan tertentu pula yang kadarnya berbeda dengan makhluk hidup lainya seperti manusia, tumbuhan dan binatang, namun memiliki kesamaan dalam hal kehendak untuk berbuat dalam kadarnya.

Umat Islam mempunyai ritual yang selalu disandarkan pada waktu-waktu tertentu (maukutaan-An Nisaa’ 103) seperti sholat lima waktu di sandarkan pada perubahan pergeseran matahari (ghurubu Syamsi--Al -Israa’ 78) yang mengakibatkan siang dan malam, Puasa Wajib pada bulan Ramadan seluruh umat Islam diwajibkan puasa sebulan penuh pada bulan Ramadan, ibadah haji dilakukan umat Islam pada bulan haji yaitu bulan Dzulhijjah (asyhurun ma’lumat-Al- Baqarah 197), pada tiap mingguanya ada ibadah Jumat yang wajib bagi umat Islam laki-laki, dan untuk ibadah dalam jangka tahunan ada dua hari raya id yaitu idul adha/ Idul Kurban dan Idul Fitri. Hampir kesemuan ritual umat Islam selalu di sandarkan pada waktu-waktu tertentu dan jangka waktu tertentu pula, ini memberi tamsil bahwa Islam memperhatikan hubungan manusia dengan alam. Alam yang kebanyakan dianggap benda mati oleh kebanyakan orang, ditentang oleh Agus Musthofa dalam bukunya yang berjudul Dzikir Tauhid; bahwa alam yang dianggap mati juga mempunyai kehendak, kemauan tertentu pula yang kadarnya berbeda dengan makhluk hidup lainya seperti manusia, tumbuhan dan binatang, namun memiliki kesamaan dalam hal kehendak untuk berbuat dalam kadarnya.


Islam selalu menganjurkan untuk menjaga keseimbangan alam dan manusia, baik dalam jagad kecil maupun jagad gede (makro kosmos dan mikro kosmos) (sanurihim ayatina fil affaki wa fil anfuusi--Al-Fushilat 53 ) untuk itulah Islam menyadarkan ritual ibadahnya pada perubahan waktu agar umat Islam selalu tetap sebagai pemimpin di muka bumi yang selalu menjaga keseimbangan alam (aladzi kholaka sab’aa samawati tibaqa ma tara fi kholqi rahmana min tafut farjii’l bashor hal tara min futhur -Al-Mulk 3) .

Saya mencurigai hampir dalam tiap ibadah yang berjangka waktu disana selalu ada ritual khutbah seperti Jumatan, Idul Fitri, Idul Adha, apakah dalam khutbah itu seharusnya berisi gejala-gejala alam atau tanda-tanda jaman yang terjadi dalam kurun waktu minggu atau tahunan yang harus diperhatikan oleh umat Islam sehingga rosullah pada waktu itu selalu mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan alam melalui khutbah-khutbahnya, apakah demikian? Kalau ya demikian yang berhak menyampaikan khutbah adalah orang-orang yang benar-benar mumpuni, orang ulul albab yang bisa membaca fenomena “alam non verbal” yang tak terbaca oleh kasat mata, dan telah mencapai mukasyafah-orang yang berhasil menyibak Rahasia Alam Alam-Alam Rahasia- (seperti judul bukunya Anand Krishna)-aladzina yadkurunallah qiyama wa quuda wa’la junubihim wayatafakaruna fi kholqi samawati wal ardi robana ma kholakta hada batila subhanaka faqina adabannar-.(Ali imran : 190-191)

Dalam hadist yang diriwiyatkan oleh Imam Muslim, bahwa Rasulullah SAW senang membaca surat Qaaf pada rakaat pertama sembahyang subuh dan pada shalat hari raya. Sedang menurut riwayat Abu Daud, Al Baihaqy dan Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW membaca surat Qaaf pada tiap-tiap membaca khutbah pada hari juma’at. Setelah mendapat informasi hadist ini saya mencoba membuka surat Qaaf yang terdiri dari 45 ayat , mengapa rosullulah selalu membaca surat Qaaf dalam setiap khutbah Jumatnya? pertanyaan inilah yang memberanikan saya untuk mencoba mengkaji surat Qaaf sebagai berikut:

Ayat 1-5 :Allah menggambarkan keraguaan orang-orang kafir terhadap tata sistem keseimbangan melalui mekanisme alam yang digerakakan oleh Allah.

Ayat 6-11: Allah menggambarkan penciptaan Allah didesain dengan amat rapi, teratur, sempurna dan seimbang.

Ayat 12-14: Allah memberikan gambaran umat-umat terdahulu yang merusak keseimbangan alam seperti umat nabi Nuh, penduduk Rass, samud, kaum Aad, kaum fira’un, kaum Luth, penduduk Aikah dan Tubba’ Allah menghancurkan umat tersebut karena telah merusak keseimbangan alam.

Ayat 15: setelah Allah menghancurkan umat terdahulu, Allahlah yang mendaur ulang secara alami kehidupan dalam tata keseimbangan yang padu (menyeimbangkan kembali).

Ayat 16 Allah mengkabarkan bahwa Allah dekat seperti dekatnya urat leher ayat ini memberi artian bahwa Allah terlibat aktif dalam menjaga keseimbangan alam dan juga memberi tamsil bahwa dalam diri manusia terdapat gambaran jagat gede dan jagat cilik (makro kosmos dan mikro kosmos).

Ayat 17-23 dalam ayat ini Allah menggambarkan mikro kosmos yang terdapat dalam diri manusia atau subsistem alam yang terdapat dalam diri manusia dengan tamsil malaikat yang selalu mencatat perbuatan amal baik dan buruk serta mengiringi setiap langkah manusia.

Ayat 24-28 Allah menggambarkan hukuman bagi orang-orang yang merusak keseimbangan alam, namun dalam ayat 29 Allah menegaskan bukan Allahlah yang menyiksa atau menghukum orang-orang tersebut melainkan mekanisme alamiahlah yang bekerja. Seoalah olah untuk mencapai keseimbanganya lagi alam harus memakan korban seperti yang diungkapkan Allah dalam ayat ini.

Ayat 30-35 Allah menggambarkan keharmonisan alam dan manusia bisa terjaga maka alam akan bekerja dengan baik pula, tetapi manakala dirusak keseimbangan alamnya maka Allah memberi tamsil akan umat yang terdahulu yang pernah hancur karena melawan mekanisme alam. Dalam ayat 36 dan 37 Allah memberi warning tegas terhadap orang-orang yang merusak keseimbangan ekosistem alam.

Ayat 38 dan 39 Allah menggambarkan proses penciptaan alam oleh Allah dengan penuh keseimbangan. Dan sebagai penutup yaitu dalam ayat 40-45 Allah menganjurkan untuk mengasah kepekaan kita terhadap lingkungan kita melalui bertasbih dan berdzikir.

Surat Qaaf yang selalu di baca kanjeng nabi memuat anjuran umat Islam untuk menjaga keseimbangan alam. Melalui khutbah yang di sampaikan kanjeng nabi pada jaman kanjeng nabi masih sugeng (Baca: masih hidup) khutbah berfungsi sebagai forum ilmiah penyampaian fenomena alam yang harus di perhatikan manusia terutama umat Islam. Dalam kenyataannya khutbah Jumat di masjid-masjid perkotaan banyak diisi dengan ceramah-ceramah yang berbau propagandis dari golongan ormas Islam tertentu yang banyak menghasut dan banyak sekali muatan politiknya ketimbang penyampaian ”ruh Islam” (nilai-nilai Islam universal) yang sebenarnya. Dalam hal ini perkenankan saya mengutip tulisan kang Ulil yang banyak dikafirkan oleh sebagian umat Islam karena kekritisanya terhadap umat Islam sendiri. Kang Ulil menulis tentang fenomena masjid dan peradaban umat Islam yang merosot.

”Saya curiga, tampaknya masjid-masjid kita kini bukan lagi tempat umat bisa menambah wawasan keagamaannya dengan cerdas, tapi justru menjadi tempat untuk merawat "kesemenjanaan" atau mediokrisi. Dari hari ke hari, umat dijejali dengan demagogi, ceramah yang sarat dengan klise, repetisi materi yang membosankan, dan kadang caci-maki yang menyuburkan rasa benci”
.

Itulah kenyataan yang terjadi bahwa masjid kita bukan lagi sebagai tempat penghalusan hati yang dapat menerima dan menangkap ”sinyal illahiah”, tetapi lebih menyuburkan rasa hati yang gelisah dan tertutup akan sinyal ilahiah tersebut. sehingga wajar umat Islam tidak peka lagi terhadap ”tanda-tanda alam non verbal”, umat Islam tidak waskito lagi dengan sasmita gaib alam, maka ketika datang kemurkaan alam seperti Tsunami, tanah longsor, gempa bumi, banjir bandang dan yang mengakibatkan bencana sosial lainnya seperti kemiskinan, penganguran, penggusuran, pagebluk (flu burung,antraks, HIV AIDS) dll tidak ada umat Islam yang bisa menerima sinyal alam tersebut, maka banyak saudara muslim yang meninggal dalam bencana alam -yang lebih celaka lagi banyak sekali dai’-dai, ustadz-ustadz melalui mimbar khutbahnya menyalahkan orang-orang kafir, orang Islam yang tidak sholat, orang mendhem

an (pemabuk), dll yang menyebabkan murka Allah. Mereka tidak berfikir kontemplatif bukankah dirinya juga dari permasalahan yang sebenarnya? yang menggeser fungsi Khutbah Juma’at dari forum kontemplasi ukhrowi tentang hubungan manusia dengan alam bergeser menjadi forum cacian dan hasutan atas nama perjuangan agama.

Saya punya seorang kawan yang tidak mau melaksanakan ritual Juma’tan dengan alasan khutbah Jumat tidak menentramkan hati tetapi malah membuat hati keras dan tidak meneduhkan hati. Sampai kapan kita akan melihat kemunduran mutu dari kualitas khutbah Jumat ? dari tema yang diulang-ulang tiap Jumatnya, kutipan-kutipan quran dan hadist yang disampaikan sepotong-potong, menafsiri ayat semau guwe.

Walhasil khutbah Jumat semakin membuat jamaah sholat jumat lelap dalam tidur mimpi indah tentang surga. Khutbah Jumat sudah saatnya dibenahai dari khotib yang benar-benar mumpuni dalam segala ilmunya, mutu materi khutbah Jumatnya yang berisi tentang tanda-tanda jaman, gerak-gerik alam dalam kurun seminggu sehingga umat Islam lebih mendekatkan diri dengan Allah pencipta alam semesta dan menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua terendam dalam kebesaran zat tuhan melalui mekanisme alam yang digerakkan-NYA sudah sepatutnya umat Islam mendekatkan diri dengan alam sebagai manifestasi tuhan yang konkret. Wallahu a’lam bishowab.wasallam.
Malang, Jum’at Wage 6 Juli 2007

* Alumni Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dan Mahasiswa Universitas Negeri Malang



0 komentar: